Sang Comte yang Awet Muda - kutipan naskah non-fiksi
- Alkemis yang tak pernah diketahui secara jelas asal-usulnya
- Sahabat para raja dan ningrat di Eropa
- Konon hidup sejak zaman Isa Al Masih
- Muncul di berbagai peristiwa sejarah dari zaman ke zaman
Tersebutlah seorang Comte[1] bernama Saint
Germain. Menurut catatan sejarah, ia lahir pada rentang abad 17
atau 18, sekira tahun 1600 atau awal 1700-an. Namun catatan-catatan lainnya
mengundang tanda tanya. Sebab, berbagai keterangan menyebut sosok yang
menyerupai Saint Germain muncul dari masa ke masa. Bahkan konon
ia telah hidup sejak zaman Isa Al Masih. Sejumlah
catatan menyebutkan bahwa sang Comte ikut menyaksikan peristiwa yang terjadi di
Cana, saat Isa Al-Masih mengubah air menjadi anggur. Terlepas dari hebohnya
kabar tentang dia telah hidup di masa Isa Al-Masih, kebanyakan dari keterangan
yang mengangkat kisah Comte de Saint Germain cenderung menyiratkan bahwa ia
lebih dikenal sebagai seorang alkemis yang hidup sekira tahun 1600-an. Semakin
mengundang rasa penasaran karena tokoh-tokoh dunia seperti
Casanova, Madame de Pampadour, Voltaire, Raja Louis XV, Kathrine yang Agung,
hingga Anton Mesmer kabarnya pernah berinteraksi dengan Comte de Saint Germain. Pada tulisan
ini, kita akan dihibur sekaligus dibuat penasaran dengan mitos—atau
justru fakta—tentang Comte de Saint Germain. Sosok penuh misteri yang
disebut-sebut sebagai alkemis dan seorang yang immortal.
Cerita soal dia hidup pada masa Isa
Al-Masih (termasuk kehadirannya pada Konsili Nicea pada 325 M) memang terdengar terlalu
berlebihan. Akan tetapi, beberapa catatan penampakan dia di hadapan publik termasuk interaksi personalnya dengan para tokoh bersejarah
pada rentang masa berabad kemudian—yang banyak orang memercayainya sebagai sebuah kebenaran—menunjukkan bahwa sosok
ini memang sangat misterius sekaligus
istimewa. Ia dikenal sebagai seorang alkemis, seseorang yang
mengetahui rahasia materi dan mampu mengubah struktur kimia
sebuah bahan dengan keahlian ilmu kimianya. Istilah “alkemis” tak lagi asing,
bahkan sebagian orang percaya bahwa sosok seperti ini memang ada atau pernah hidup. Ia
dapat mengubah logam menjadi emas, meracik ramuan awet muda, menguasai banyak bahasa, hingga menguasai banyak keahlian termasuk bermain
musik (jika benar ia bisa awet muda hingga hidup ratusan tahun lamanya, “menguasai banyak keahlian” menjadi cukup masuk akal karena ia memiliki waktu dan umur yang sangat panjang untuk mempelajari semua hal).
Bicara tentang alkimia, Batu Bertuah
merupakan salah satu material terpenting di dunia alkimia. Belum ada yang mampu
membuktikan keabsahan cerita ini, apakah batu ini memang nyata atau karangan
belaka. Tapi dalam cerita-cerita tentang Batu Bertuah—disebut “philosopher
stone” di kisah Harry Potter—Comte de Saint Germain disebut-sebut sebagai
alkemis yang berhasil menemukan cara untuk menciptakan batu ini.
Saint-Germain muncul di lingkungan elit
Eropa pada 1742. Ia digambarkan sebagai orang yang memiliki pengetahuan yang
sangat luas, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan, sejarah, dan menguasai
setidaknya enam bahasa, di antaranya bahasa Prancis, Jerman, Belanda, Spanyol,
Portugis, Rusia, dan Inggris. Di samping itu, ia pun mampu berkomunikasi dengan
bahasa Cina, Latin, Arab, Yunani Kuno, bahkan Sankrit. Jika
keterangan-keterangan ini benar, bisa dibilang ia mampu menguasai semua bahasa
penting dunia.
Dimulai dari Sebuah Pesta
Pertemuan antara Saint-Germain dan Madame de Pompadour dalam sebuah pesta merupakan
saat kali pertama isu tentang “keabadian” Saint-Germain menyeruak. Madame Pompadour
sendiri merupakan selir Raja Louis XV dari Prancis.
Saat itu tahun 1760, Countess von
Gregory juga hadir pada pesta tersebut. Saat ia melihat sosok Saint-Germain,
dirinya dibuat bingung. Ia merasa pernah mengenali pria tersebut, mengira bahwa
ia adalah putra seorang pria yang pernah ia kenal pada tahun 1710, yang tak
lain adalah Saint Germain sendiri. Ia lantas mengenali bahwa orang itu memang
benar merupakan orang yang sama, tak tampak menua sama sekali, padahal lima
puluh tahun telah berlalu. Sang Comte tidak menyangkal ataupun mengiyakan,
tidak mengakui pula bahwa ia adalah putra seperti yang disangkakan Countess von
Gregory. Ia bahkan berkelakar kepada sang Countess bahwa dirinya memang berusia
lebih dari 100 tahun.
Kemunculan-Kemunculan Berikutnya
Empat puluh tahun kemudian, Comte de Saint Germain dilaporkan melakukan
perjalanan ke seluruh Eropa. Ia tak pernah menua dan terus membuat kagum
kalangan elit Eropa dengan banyak keahliannya: keterampilan bermain piano,
melukis, dan pengetahuannya tentang ilmu pengobatan. Voltaire, seorang filosof
abad ke-18 menggambarkan Saint Germain sebagai “orang yang abadi dan tahu
segalanya.”Daya pikat lainnya ialah termasuk hartanya yang banyak serta kebiasaannya
yang ganjil, yakni sering menggelar pesta dan mendatangi pesta namun tak pernah
terlihat memakan hidangan yang disajikan. Ia hanya minum anggur merah, yang
kemudian membuatnya juga dikenal sebagai connoisseur, ahli dan penikmat anggur.
Catatan yang disinyalir sebagai catatan
terakhir tentang Saint Germain adalah cerita saat ia pergi ke Hamburg. Di sana,
dia menjadi sahabat Pangeran Charles Hesse-Cassel. Saint Germain menjadi orang
kepercayaan sang pangeran dan tinggal di kastil Eckernförde sebagai seorang
tamu. Di tempat inilah Sang Comte disebutkan tutup usia. Satu-satunya
keterangan tentang kematiannya hanyalah sebuah catatan yang menyatakan bahwa Comte
de Saint Germain wafat pada 27 Februari 1784.
Menariknya, 9 tahun kemudian, Countess
d’Adhémar mengklaim bahwa Comte Saint Germain menyaksikan peristiwa pemenggalan
Marie Antoinette pada 16 Oktober 1793. Jika ini benar, usia sang Conte telah mencapai
seratus tahun, merujuk pada sebuah keterangan yang menyebutkan tentang tahun kelahirannya
yang terjadi pada 1710 (sementara von Gregory menyebut pada tahun ini Saint
Germain merupakan seorang pria dewasa). Lebih daripada itu, kesaksian ini juga
menghapus anggapan bahwa sang Comte telah meninggal. Comtesse d’Adhémar
beberapa tahun kemudian juga menyatakan bahwa dirinya melihat Saint Germain
saat peristiwa pembunuhan Ratu di Brumaire, pada hari setelah kematian Duke
d’Enghien, Januari 1815, dan pada malam pembunuhan Duke de Berry. Comtesse
d’Adhémar menuliskan ini pada catatannya tahun 1820.
Comte de Saint Germain terus menampakkan
diri di berbagai kesempatan. Dengan demikian, catatan kematian bahwa ia wafat
pada Februari 1784 menjadi sebuah tanda tanya besar. Seorang tokoh dunia
lainnya yang dilaporkan pernah berinteraksi dengan Saint-Germain adalah Anton
Mesmer, seorang pionir seni hipnosis (desas-desus beredar bahwa Saint
Germain-lah yang mengajari Mesmer). Menarik pula untuk menyimak beberapa
keterangan bahwa Saint Germain dipilih
sebagai perwakilan Freemason di sebuah konvensi. Cerita demi cerita tentang
sang Comte terus bergulir dan dia disebut-sebut tak pernah terlihat lebih tua
dari pria berusia 45 tahun.
Kemunculannya di Abad 20
Apakah kisah Sang Comte berakhir sampai abad pertengahan dan abad 19?
Nyatanya tidak. Kisah tentang Sang Comte malah semakin liar dan penuh misteri.
Tahun 1902, seorang pria yang dikenal sebagai Jaques Saint Germain pindah ke
sebuah rumah mewah di sudut Ursulines and Royal. Kabarnya ia pindah dari
selatan Prancis, mengaku sebagai keturunan Saint Germain. Ia memperkenalkan
dirinya lewat sebuah pesta di masyarakat elite New Orleans, para pejabat dan
politisi hadir di sana. Para tamu disuguhi makanan yang disajikan dengan
porselen dan peralatan makan perak terbaik dari Tiongkok. Namun ia tidak
sedikit pun memakan hidangan tersebut. Sepanjang pesta, ia hanya menikmati
minuman yang terlihat seperti anggur merah.
Kebiasaan dan sikap yang
ditunjukkan Jacques terhadap elitis New Orleans membuat mereka terheran-heran.
Jaques digambarkan memiliki pesona yang menawan, sangat cerdas dan menguasai
banyak bahasa dan seni. Namun kawan-kawan yang ia miliki dan fakta bahwa ia
sering sekali mengadakan pesta membuat dirinya tetap diterima di lingkungan
pergaulan kaum elit tersebut.
Jaques dan Perempuan Pub
Pada satu rentang masa, kehidupan Jaques Saint Germain tak pernah ter-ekspos
lagi. Ia menjalani kesehariannya seperti biasa. Hingga kemudian pada suatu
hari, ia menciptakan kehebohan lagi saat polisi melakukan penyelidikan
terhadapnya. Suatu malam, Jaques pulang ke rumahnya dari pub setempat membawa
seorang perempuan. Keesokan harinya, perempuan ini siuman di kantor polisi. Ia
memberikan kesaksian yang cukup mencengangkan tentang pengalaman yang ia alami
di kediaman Jaques. Malam itu sepulang dari pub, ia sedang melihat-lihat
sejumlah benda yang indah di dekat perapian. Tak disangka-sangka, Jaques datang
kepadanya dengan kecepatan yang luar biasa kemudian menggigitnya di leher
secara beringas.
Untungnya, persis pada
saat itu, orang-orang yang diduga teman pesta Jaques datang ke kediamannya
untuk mengajak minum. Mereka menggedor-gedor pintu dan mulai meminta minuman.
Jaques terhenyak, dan perhatiannya yang teralihkan tersebut cukup untuk membuat
si perempuan melepaskan diri dari Jaques. Tapi karena rasa takutnya, perempuan
itu malah berlari dan melompat ke jendela. Menyebabkannya terjatuh dari lantai
dua dan menimpa balkon. Hal ini membuat kakinya mengalami patah tulang di
sejumlah titik. Dia lantas menjerit-jerit hingga didengar warga sekitar. Polisi
datang dan membawanya ke rumah sakit. Ia pingsan, kemudian memberikan
kronologis tadi di kantor polisi setelah siuman. Malam itu, saat Jaques
ditanyai polisi, ia hanya menjawab bahwa perempuan itu mabuk dan tiba-tiba
melompat ke luar jendela. Polisi lalu meminta Jaques untuk datang ke kantor
polisi esok harinya untuk memberikan keterangan resmi. Tapi ia mangkir dari
panggilan itu dan tak pernah menunjukkan batang hidungnya lagi.
Polisi kembali menyatroni
kediaman Jaques beberapa hari kemudian. Namun, rumah itu kelihatan sepi dan
tampak telah ditinggalkan oleh pemiliknya. Saat polisi memasuki rumah itu,
mereka dibuat terkejut dan heran dengan keadaan di sana. Ada noda-noda darah di
atas taplak meja. Dari penilaian mereka, taplak tersebut merupakan taplak antik
jika dilihat dari motif dan bahannya. Tapi hal paling mengherankan bagi mereka
bukanlah barang-barang antik yang tampaknya dibuat pada masa berabad lampau,
melainkan fakta bahwa di rumah itu sama sekali tak didapati bahan makanan,
peralatan dapur atau piring-piringan satu pun. Mereka hanya mendapati cawan dan
gelas-gelas anggur serta botol-botol anggur besar yang mereka asumsikan berisi
anggur merah. Belakangan diketahui bahwa cairan dalam botol tersebut merupakan
campuran anggur dan darah.
Kemunculan Sang Comte di Era 70-an
Richard Chanfray mengklaim dirinya sebagai Comte de Saint Germain pada
tahun 70-an. Ia muncul di sebuah acara televisi dan mengatakan dirinya mampu
mengubah logam menjadi emas. Bertahun-tahun setelah tayangan televisi tersebut,
Chanfray bunuh diri di Saint Tropez pada 1983. Namun kemudian, Chanfray dilaporkan memalsukan
kematiannya tersebut dan masih hidup.
Hingga saat ini, banyak laporan menyebutkan
bahwa sosok misterius yang dikenali sebagai “Jack” sering berinteraksi dan
“mengganggu” turis-turis setempat di New Orleans. New Orleans sendiri merupakan
kota dengan angka kekerasan paling tinggi di Amerika Serikat. Membuat kota ini
berada pada urutan teratas pada statistik “pembunuhan per kapita”. Tapi tak
hanya itu, kota tersebut juga terkenal karena kasus-kasus lenyapnya orang
secara misterius. Kasus orang hilang tersebut tak menimpa mereka yang
berpenghasilan rendah, melainkan para turis dan selebritis setempat.
Kejahatan-kejahatan ini mengesankan New Orleans sebagai kota yang berbahaya dan
angker. Rumor lain menegaskan predikat kota tersebut, bahwa barangkali tak
hanya sindikat pengedar narkoba dan para kriminal saja yang berkontribusi pada
angka kejahatan tersebut, tapi juga sosok vampir bernama Jack.
Kebenaran kisah Sang Comte yang alkemis
ataupun vampir yang senang berpesta barangkali dapat dengan mudahnya kita
sangsikan. Kisah-kisah terlalu aneh dan berlebihan, bisa jadi comte yang muncul
dari masa ke masa tersebut merupakan orang yang berbeda, tapi memiliki sejumlah
kesamaan—nama misalnya—secara kebetulan sehingga menimbulkan persepsi liar,
yang “dikuatkan” oleh keterangan dari berbagai sumber dan dianggap sebagai kepingan-kepingan
dari sebuah puzzle. Barangkali kepingan-kepingan itu pas dan dapat menyusun
puzzle secara utuh. Namun bagaimana jika puzzle-puzzle tersebut sesungguhnya
tak berasal dari puzzle yang sama, hanya secara kebetulan memiliki bentuk yang sesuai
dan saling melengkapi dengan kepingan lainnya; memang pas dan cocok, tapi bisa
jadi keliru.[]
Komentar
Posting Komentar