Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

#4112016 Sekadar Mengingatkan

Gambar
#4112016 Saya hanya merasa perlu mengingatkan. Dan peristiwa esok akan dicatat dalam sejarah. Demonstrasi besar-besaran yang akan digelar besok bisa jadi unjuk rasa paling "panas" dalam beberapa tahun terakhir. Puluhan ribu orang dari berbagai elemen ormas diprediksi akan tumpah di jantung kota Jakarta. Tuntutannya satu: adili sang terduga penista Al-Quran. Ini bukan semata soal agama atau keyakinan, ini juga menyangkut ranah politik yang penuh daya ledak. Kepentingan tak bisa kita paksa untuk menyingkir dari arena tersebut. Maka, yang baik dan yang jahat sa ngat mungkin melebur jadi satu menjadi kerumunan abu-abu.  Pesan saya untuk orang-orang baik, jangan terprovokasi, jangan tersulut mereka yang mencaci-maki. Ingat selalu siapa kawan Anda, dan jangan sekalipun mencari lawan di sana. Kerumunan besar yang datang dari rupa-rupa golongan tak akan sepenuhnya bersatu, rongga-rongga itulah yang bisa dimanfaatkan mereka yang mencoba mengail ikan di air ker

Rokok Tak Senikmat Dulu

Gambar
Isu sudah kadung menyebar , harga rokok akan naik drastis. Jika saja benar-benar terjadi, orang harus rela merogoh koceknya lebih dalam agar bisa mengisap uap nikotin, tar, krom, timbal, h i drogen sianida, dan kroninya ke dalam paru-paru . Tak sedikit orang yang mulai bersungut-sungut mengomentari wacana ini. Sebentar lagi harga rokok naik, minimal Rp50.000 per bungkus. Komoditas yang dalam billboard-billboard besar di jalanan selalu dipampang dengan atribut “membunuhmu” ini, harganya tak lagi bisa dibilang murah. Tentu tak begitu saja harga rokok bisa dinaikkan, perlu ada kajian mendalam dari sisi ekonomi, industri, petani, hingga sektor lapangan kerja. Wacana ini muncul setelah dirilisnya sebuah penelitian yang dilakukan oleh para akademisi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Simpulan dari penelitian itu menyatakan bahwa ada keterkaitan yang erat antara harga rokok dan jumlah perokok. Tim peneliti mengungkap bahwa mayoritas perokok (jumlahnya sampai

BREAKING NEWS

Gambar
BEWARA! kawan-kawan, ada lomba menarik nih buat kamu yang doyan nulis dan suka nge-blog. Lomba menulis artikel tentang Pangkal Pinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Hadiahnya asyik, total 25 jutaan untuk 20 orang pemenang. keterangan lengkap bisa cek di microsite lombanya: www.bitread.co.id/pesonapangkalpinang #pesonapangkalpinang [Luttfi Fatahillah]

Menjadi Manusia karena Buku

Apa yang paling berharga dari seorang manusia ialah akal pikirannya. Inilah yang membedakan manusia dengan hewan. Kedua makhluk ini sama-sama makan, sama-sama melakukan ekskresi, sekresi, dan sama-sama bereproduksi. Bedanya, kita bisa bernalar dan menggunakan hati, sementara hewan tidak. Otak dan hati merupakan dua elemen yang membentuk akal dan pikiran. Oleh karena itu di dalam Islam, ada hikmahnya mengapa gerakan sujud menjadi momen yang teramat dahsyat. Salah satu wujud mengagungkan Tuhan sekaligus mengerdilkan diri kita ialah dengan cara bersujud. Otak kita yang sangat berharga ini--di dalamnya terdapat triliunan sel, memuat 1 miliar bit memori (setara dengan 500 set ensiklopedi lengkap), 100 miliar neuron yang fungsinya mengingat dengan 100 triliun koneksi di antara mereka--diletakkan sejajar dengan kaki yang begitu rendah, menyentuh tanah, seolah sederajat dengan telapak kaki kita yang sering menapak pada sesuatu yang kotor. Timbunan protein dan jaringan yang kita namakan otak i

GatotKaca! (Gagal Total Kalo Nggak Ngaca!)

Sebuah pepatah yang di dalamnya menyebut-nyebut “semut” dan “gajah” sering kali kita ucapkan kala menyindir seseorang. K ata pepatah itu, kesalahan-kesalahan orang lain mudah sekali tampak , sedangkan kesalahan diri luput begitu saja. Sikap seperti ini seolah menjadi makanan kita sehari-hari , gampang sekali ditemui: d i lingkungan keluarga, tempat kerja, kampus, sekolah, di mana saja . P elakunya bisa atasan kita, bawahan, kolega, ayah, anak, istri, orang lain, dan tentu saja—diri kita sendiri. H al ini tak lagi jadi fenomena langka , sebab sekarang ia menjadi lumrah adanya. I a seperti wabah penyakit, saat-saat ketika hedonisme dan kemunafikan merajalela. Muncul pertanyaan, b isakah itu diubah? J ika kita anggap itu sebagai sifat kodrati manusia, jawabannya tentu saja “tidak”, tapi jika kita sedikit saja optimis tis dan menganggapnya sebagai suatu penyakit, tentu kita semua sepakat bahwa tak ada penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Semua ada obatnya, kecuali kematian

Cerpen: Bencana Terakhir di Bumi

Gambar
“Cepat!” seorang pria menyalak di mulut sebongkah pintu besi. Sebelah tangannya memegang tuas pengunci dari dalam. Pria satunya, berlari secepat yang ia bisa tanpa sedikit pun menengok ke belakang. Maka pada jarak yang menurutnya pas, ia melompat; mengempaskan dirinya ke dalam ruangan yang gelap itu. Pintu besi lekas ditutup. Terdengar suara dentang keras, disusul bunyi nyaring putaran gerigi yang menandakan pintu besi itu telah sepenuhnya terkunci. Seketika kegelapan menelan mereka bulat-bulat. Pria yang masuk terakhir masih terengah-engah, setengah mati ia berusaha mengatur napas. Setelah situasi agak tenang dan tak terdengar suara apa pun dari balik pintu, seketika mereka bergidik saat menyadari bahwa ruangan itu benar-benar gulita. Sempurna seperti kehendak mereka. “Kau sudah menyalakan ventilasinya?” suara itu serak dan berat, masih sedikit terengah. “Sudah,” jawab pria satunya. Lumrahnya, beberapa saat setelah mata kita terbiasa dengan kegelapan, bentuk-bentuk mu