Antara Aku dan Si Tikus Kecil
Malam itu, seekor tikus kecil masuk begitu saja lewat celah pintu kamarku yang sempit—pintu kamarku sudah tak sebagus dulu, ada celah di pojok bawahnya. Si tikus berlari masuk dari luar kamar lewat celah itu lalu berbelok menyusuri tepian dinding. Sempat kukira itu cecak, karena pernah beberapa kali aku melihat cecak yang terjatuh atau mungkin sengaja menjatuhkan diri. Tapi begitu aku sadar bahwa cecak tak secepat itu larinya—dan tentu saja mereka tak berwarna hitam—langsung aku tersentak dan berdiri di atas kasur. Si tikus juga kaget, kini dia bersembunyi di belakang ranselku yang tegeletak di lantai. Aku masih ternganga, memandangi daerah di sekitar ransel itu, berjaga-jaga kalau si tikus berlari menuju ke arahku. Tak terjadi apa-apa, kuberanikan diri melangkah dan mendekati ranselku. Saat aku melangkahkan kaki, si tikus sepertinya diam tak berani bergerak … tapi pada langkah kedua, pijakan kakiku membuat lantai kamar berdecit. Maklumlah, aku tidur di loteng yang berlantai ka...